Redaksi – Nama KH. Muharror Khudori, ulama kharismatik sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Mubarok Al-Arba’in, Tlogorejo, Wonosalam, Demak, menjadi perbincangan hangat di kalangan pesantren. Beliau baru-baru ini viral di media sosial setelah menyatakan kesiapan untuk menggantikan posisi pengasuh Pondok Pesantren Al-khazini, KH. Abdussalam Mujib, apabila permasalahan hukum menimpa pengasuh Al-khazini pasca tragedi ambruknya musholla yang menewaskan 57 santri.
Pernyataan ini muncul di tengah proses penyelidikan yang masih bergulir di pihak berwajib terkait musibah tragis di Pesantren Al-khazini. Meskipun proses hukum masih dalam tahap awal, kesediaan KH. Muharror Khudori menjadi sorotan, tidak hanya sebagai bentuk kepedulian antar ulama, tetapi juga sebagai bukti nyata tingginya kecintaan dan solidaritas masyarakat pesantren terhadap para Masyayikh (guru-guru besar) Al-khazini.
“Sebagai santri, saya ikhlas dan siap menggantikan kyai apabila dikemudian hari ada hal-hal yang tidak diinginkan termasuk dipenjara, saya siap” ujar Kyai Muharror dalam penggal video yang beredar.
Perlu diketahui, KH. Muharror Khudori dikenal sebagai figur sentral dalam pendidikan Islam di Demak. Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren Al-Mubarok Al-Arba’in aktif mencetak santri yang mumpuni dalam ilmu agama.
Dikutip dari berbagai sumber, KH Muharror Khudori memiliki peran dan kontribusi besar dalam proses pengembangan Metode Al-Arba’in, sebuah inovasi dalam pembelajaran ilmu Nahwu dan Shorof. Metode ini dirancang secara sistematis untuk memudahkan santri dalam menguasai gramatika Bahasa Arab yang sering dianggap sulit. Keberhasilan Metode Al-Arba’in ini telah diakui luas, dibuktikan dengan penggunaannya dalam berbagai pelatihan dan diklat, termasuk yang diselenggarakan oleh Al-Azhar Bandung Tulungagung.
Kesediaan KH. Muharror Khudori untuk menggantikan posisi hukum pengasuh pondok pesantren Al-Khazini ini menjadi pesan kuat kepada publik bahwa Meskipun sampai saat ini proses hukum di pihak yang berwajib masih pada tahap penyelidikan, namun hal ini menjadi bukti bahwa kecintaan masyarakat khususnya kalangan pesantren terhadap para Masyayich Al-khazini masih sangat tinggi. /Red